Suku Korowai di Papua dikenal dunia sebagai suku yang mendiami rumah pohon raksasa (Rumah Tinggi) dan dianggap sebagai salah satu kelompok m...
Suku Korowai di Papua dikenal dunia sebagai suku yang mendiami rumah pohon raksasa (Rumah Tinggi) dan dianggap sebagai salah satu kelompok masyarakat yang masih mempraktikkan kanibalisme ritual di masa modern.
Kehidupan di Atas Pohon Raksasa
Suku Korowai tinggal di dataran rendah yang subur di selatan Papua, dekat Sungai Pulau. Ciri khas mereka yang paling mencolok adalah membangun pemukiman di atas pohon-pohon besar, dikenal sebagai Rumah Tinggi (Akarumi). Ketinggian rumah-rumah ini bisa mencapai 10 hingga 50 meter di atas tanah, dibangun untuk menghindari banjir, serangan serangga, dan serangan dari suku lain atau roh jahat.
Secara tradisional, mereka hidup sebagai pemburu-pengumpul, bergantung sepenuhnya pada hutan. Mereka belum mengenal pakaian modern hingga penemuan mereka oleh dunia luar pada tahun 1970-an, sehingga sering disebut sebagai salah satu suku paling terisolasi di dunia.
Praktik Kanibalisme Ritual
Aspek yang paling kontroversial dari budaya Korowai adalah sejarah praktik kanibalisme. Kanibalisme pada suku Korowai bukanlah karena kelaparan, melainkan bentuk hukuman ritual atau keadilan suku.
Mereka percaya bahwa kematian yang tidak wajar, terutama kematian mendadak atau karena sakit, disebabkan oleh seorang "Khahkua" (dukun jahat atau penyihir) yang memasuki tubuh korban. Ketika seseorang dicurigai sebagai Khahkua, ia akan ditangkap, diadili, dan jika terbukti bersalah, ia akan dieksekusi dan dimakan oleh anggota suku. Ini dilakukan sebagai bentuk balasan dan untuk menghilangkan roh jahat dari suku.
Meskipun praktik ini masih diperbincangkan hingga kini, banyak laporan dan kesaksian menyebutkan bahwa kanibalisme telah jauh berkurang atau ditinggalkan oleh sebagian besar anggota suku yang telah melakukan kontak dan menerima pengaruh pendidikan dan agama, terutama di desa-desa yang berlokasi lebih dekat dengan pemukiman modern.
Penemuan dan Kontak dengan Dunia Luar
Suku Korowai baru diketahui keberadaannya oleh dunia luar pada tahun 1974, ketika sekelompok peneliti dan misionaris Belanda melakukan ekspedisi ke wilayah tersebut. Kontak yang relatif terlambat ini membuat mereka menjadi subjek penelitian antropologi yang sangat penting mengenai cara hidup manusia purba.
Saat ini, beberapa anggota suku Korowai telah turun dari Rumah Tinggi dan tinggal di desa-desa yang didirikan oleh pemerintah, namun sebagian kecil masih mempertahankan gaya hidup tradisional di pedalaman hutan.
Referensi:
Gramedia. (2023). Rasa Daging Manusia Menurut Sumanto dan Kanibal Dunia Lainnya. (Mengutip sejarah suku kanibal di dunia termasuk Korowai).
Historia.ID. (2013). Kanibalisme di Nusantara. (Memberikan konteks historis kanibalisme di Indonesia).
National Geographic. (Berbagai sumber, yang sering meliput suku terisolasi). (Memberikan konteks mengenai penemuan dan gaya hidup).

Komentar