Legenda Roro Jonggrang: Kisah Tragis di Balik Sumpah 1.000 Candi Prambanan Di dataran subur antara Yogyakarta dan Klaten, berdiri...
Legenda Roro Jonggrang: Kisah Tragis di Balik Sumpah 1.000 Candi Prambanan
Di dataran subur antara Yogyakarta dan Klaten, berdiri megah sebuah kompleks candi Hindu terindah di dunia: Candi Prambanan. Dengan menara-menara batunya yang menjulang gagah, Candi Prambanan adalah mahakarya arsitektur kuno yang diakui UNESCO.
Namun, bagi masyarakat setempat, Candi Prambanan bukanlah sekadar tumpukan batu yang dipahat. Ia adalah saksi bisu dari sebuah legenda cinta yang dipaksa, sumpah yang mengerikan, dan kecerdasan yang berakhir dengan kutukan.
Ini adalah cerita rakyat Nusantara tentang Putri Roro Jonggrang dan seorang pangeran sakti bernama Bandung Bondowoso.
Bagian 1: Kejatuhan Kerajaan Boko
Alkisah, di Jawa kuno, terdapat dua kerajaan besar yang saling bertetangga namun bermusuhan: Kerajaan Pengging yang makmur, dan Kerajaan Boko yang (menurut cerita) diperintah oleh raja raksasa pemakan manusia bernama Prabu Boko.
Kerajaan Pengging memiliki seorang pangeran yang gagah perkasa dan sakti mandraguna bernama Bandung Bondowoso. Atas perintah ayahnya, Prabu Damar Moyo, Bandung Bondowoso memimpin pasukan Pengging untuk menyerbu Kerajaan Boko.
Pertempuran dahsyat pun terjadi. Prabu Boko, sang raja raksasa, akhirnya tewas di tangan Bandung Bondowoso. Kerajaan Boko pun takluk di bawah kekuasaan Pengging.
Ketika Bandung Bondowoso memasuki istana Boko untuk mengambil alih tahta, ia tertegun. Di tengah aula istana, ia melihat seorang putri yang kecantikannya tak terlukiskan, sedang berduka atas kematian ayahnya. Putri itu adalah Roro Jonggrang, putri satu-satunya Prabu Boko.
Bandung Bondowoso, yang angkuh dan perkasa itu, seketika jatuh cinta. Ia melupakan ambisinya dan hanya menginginkan satu hal: memperistri Roro Jonggrang.
Bagian 2: Lamaran Paksa dan Dua Syarat Mustahil
Bandung Bondowoso segera melamar Roro Jonggrang. Tentu saja, Roro Jonggrang dipenuhi kebencian. Pria di depannya adalah orang yang baru saja membunuh ayahnya dan menghancurkan kerajaannya.
Namun, ia berada di posisi yang lemah. Ia adalah tawanan perang. Ia tidak berani menolak lamaran itu secara mentah-mentah, takut akan amarah sang pangeran sakti.
Roro Jonggrang pun menggunakan kecerdasannya. Ia pura-pura menerima, namun dengan dua syarat yang ia anggap mustahil untuk dipenuhi.
"Aku bersedia menjadi permaisurimu, wahai Pangeran Bandung Bondowoso," ujar Roro Jonggrang dengan lembut. "Tapi ada dua permintaanku."
"Sebutkan! Apapun akan kupenuhi!" jawab Bandung Bondowoso dengan sombong.
"Pertama, buatkan aku sebuah sumur yang dalam, namanya Sumur Jalatunda. Dan kedua," Roro Jonggrang menarik napas, "Buatkan aku seribu candi... hanya dalam waktu satu malam!"
Bandung Bondowoso tertawa. Dengan kesaktiannya, ia merasa syarat itu ringan saja. Ia pun menyanggupinya.
Bagian 3: Kerja Keras Para Jin di Malam Hari
Malam itu juga, Bandung Bondowoso memulai pekerjaannya.
Untuk sumur, ia menancapkan jarinya ke tanah dan menghentakkan kakinya. Seketika, terciplalah sumur yang sangat dalam (beberapa versi cerita menyebutkan ia ditipu Roro Jonggrang untuk masuk ke sumur dan ditimbun, namun ia berhasil keluar karena kesaktiannya).
Setelah sumur selesai, ia beralih ke tugas utama: 1.000 candi.
Bandung Bondowoso menenangkan pikiran, memejamkan mata, dan membaca mantra. Ia memanggil pasukan supernaturalnya: ribuan jin, setan, dan lelembut dari perut bumi.
"Bantu aku membangun seribu candi sebelum fajar menyingsing!" titahnya.
Ribuan makhluk gaib itu segera bekerja dengan kecepatan yang tak terbayangkan. Mereka membelah batu, memahat, dan menyusunnya. Dalam keheningan malam, satu per satu candi mulai berdiri tegak, menjulang menantang langit.
Bagian 4: Kecurangan di Ujung Malam
Dari dalam istananya, Roro Jonggrang mengintip dengan cemas. Jantungnya berdebar kencang. Di luar dugaan, pekerjaan itu berjalan lancar. Langit masih gelap gulita, tapi candi-candi itu sudah berdiri kokoh. Ia menghitung, dan jumlahnya sudah mencapai 999 candi!
Para jin sedang bersiap membangun candi yang ke-1.000. Roro Jonggrang panik. Ia harus gagal!
Ia segera berlari ke luar istana, membangunkan semua dayang-dayang (pelayan istana) yang tersisa."Cepat! Bangun! Lakukan apa yang kuperintahkan jika kalian tidak ingin aku menikah dengan pembunuh ayahku!"
Roro Jonggrang memiliki rencana cerdik untuk menciptakan "fajar palsu".
- Ia memerintahkan sebagian dayang untuk membakar tumpukan jerami kering di sisi timur.
- Ia memerintahkan sebagian dayang lainnya untuk menumbuk padi di lesung berulang-ulang, menciptakan suara riuh seperti orang bekerja di pagi hari.
Benar saja.
Semburat cahaya merah dari jerami yang dibakar di timur terlihat seperti cahaya matahari terbit. Suara lesung yang bertalu-talu, ditambah kokok ayam jago yang ikut tertipu oleh cahaya itu, meyakinkan para makhluk gaib bahwa fajar telah tiba.
"Matahari sudah terbit! Kita harus pergi!" teriak para jin.
Mereka ketakutan, lari tunggang-langgang kembali ke perut bumi, meninggalkan candi ke-1.000 yang belum selesai.
Bagian 5: Sumpah Sang Pangeran dan Arca ke-1.000
Bandung Bondowoso terkejut melihat pasukannya kabur. Ia melihat ke timur dan mendengar suara lesung. Ia sadar, ini bukan fajar. Ini adalah tipuan!
Dengan amarah yang membara, ia berlari ke istana Boko dan menghampiri Roro Jonggrang."Kau telah berlaku curang, Roro Jonggrang!" teriaknya, suaranya menggelegar. "Kau menggagalkan usahaku! Aku sudah membangun 999 candi untukmu, hanya kurang satu!"
Roro Jonggrang gemetar ketakutan, namun ia berusaha tegar.
Bandung Bondowoso menatap tajam ke arah sang putri. Amarah dan sakit hatinya karena ditolak begitu besar. Ia mengangkat tangannya dan mengucapkan sumpah kutukan yang mengerikan.
"Kalau begitu, wahai putri yang licik! Biar KAMULAH yang akan melengkapi candi ke-1.000 itu!"
Perlahan-lahan, tubuh indah Roro Jonggrang terasa kaku. Dari ujung kaki, batu dingin mulai menjalar ke seluruh tubuhnya. Ia menjerit, tapi tubuhnya telah berubah menjadi arca (patung) batu yang kaku.
Legenda Hari Ini
Hingga hari ini, legenda itu tetap hidup di tengah masyarakat.
- Candi-candi yang dibangun oleh Bandung Bondowoso itu dipercaya sebagai Candi Prambanan (candi utama) dan Candi Sewu ("Sewu" berarti "Seribu" dalam bahasa Jawa) yang terletak tak jauh darinya.
- Sementara itu, kutukan Bandung Bondowoso dipercaya "mengisi" candi yang ke-1.000. Arca Roro Jonggrang yang dikutuk itu dipercaya sebagai Arca Dewi Durga yang berdiri megah di salah satu ruang di candi utama (Candi Siwa) di kompleks Prambanan.
Kisah Roro Jonggrang menjadi pengingat abadi tentang akibat dari kesombongan, amarah yang tak terkendali, dan janji yang diingkari.
Referensi
- Danandjaja, James. (2007). Folklor Indonesia: Ilmu Gosip, Dongeng, dan Lain-lain. Pustaka Utama Grafiti.
- Museum Nasional Indonesia. Koleksi Arca dan Sejarah Candi Prambanan.
- Situs Resmi Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Jawa Tengah.
Credit :
Penulis : Fikri
Gambar ilustrasi : Google

Komentar